Pembudidayaan
jamur merang dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.) Menanam
jamur merang atau jerami sistem tradisional
Untuk menanam
jamur merang baik yang kecil ataupuun yang besar, dibutuhkan
persiapan-persiapan agar berhasil.
Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah :
I.
Lokasi :
Lokasi penanaman jamur harus strategis,
dalam arti :
Dekat
dengan jalan besar, sehingga mempermudah angkutan bahan baku dan hasil
produksi. Dekat dengan bahan-bahan baku, sehingga biaya transport dapat ditekan. Dekat dengan sumber air, karena pada
penanaman jamur diperlukan banyak air untuk menjaga kelembaban ruangan dan
kompos.
II.
Sarana yang diperlukan, harus dalam
keadaan baik dan bersih. Alat-alat yang kurang bersih, dapat menimbulkan kontaminasi ( menjalarnya
penyakit-penyakit ) bagi jamur dan akan menggagalkan usaha.
III. Tenaga
yang menangani harus cukup terlatih, dengan pengawasan seorang ahli yang tahu
seluk beluk dan pengetahuan tentang jamur, karena jamur menghendaki
perlakuan-perlakuan yang khusus dan istimewa.
IV. Mempergunakan
bibit yang dapat menghasilkan jamur-jamur yang besar dan cepat tumbuhnya serta
rasanya enak rasanya.
V. Memperhatikan
dan menjaga suhu, kelembaban serta persyaratan-persyaratan lain yang harus
dipenuhi agar jamur dapat tumbuh dengan baik.
Sistem
tradisional adalah sistem yang paling mudah dalam bertanam jamur. Disini tidak
diperlukan rumah jamur khusus, hanya dibutuhkan rumah jerami yang hanya
mempunyai atap tanpa dindinguntuk melindungi jamur dari hujan. Adapun cara atau
langkah-langkah yang dilakukan dalam sistem tradisional ini sebagai berikut :
1) Siapkan
tanah atau tempat menanam dengan meninggikan permukaan dari dasar tanah menjadi
10 cm, panjang dan lebar masing-masing 1,5 meter. Tanah ini ditaburi kapur
bangunan secukupnya, untuk mematikan cacing dan ulat.
2) Siapkan
cetakan kayu untuk pembuatan kompos yang padat dan rapi. Bentuk cetakan kerucut
terpancung.
3) Siapkan
bahan baku kompos dengan formula, seperti :
I.
Jerami kering 100 kg
II.
Kapur tembok 3 kg
III.
Bekatul ( dedak ) 6 kg
Ambil
jerami kering, rendam dalam air yang bersih selama 4 sampai 5 menit. Kemudian
angkat dan jajarkan pada tanah yang disediakan tadi, dengan cetakan kompos diatasnya. Tebal lapisan pertama ini sekitar
15 sampai 25 cm, dan dipadatkan dengan cara menginjak-injak. Kemudian taburkan
di atasnya kapur, bekatul dan pupuk kandang, dan tumpuk lagi jerami yang telah
dibasahkan dengan air seperti tumpukan pertama. Taburkan lagi kapur, bekatul,
dan pupuk kandang, setelah diinjak-injak, dan seterusnya sampai didapatkan
tinggi sekurang-kurangnya 80 cm padat dan membentuk kerucut (pyramid).
4)
Setelah selesai bentuk tumpukan
tersebut, bibit dihancurkan untuk diselipkan di seluruh permukaan kompos.
Masukan 3-5 cm ke dalam kompos, dengan jarak 3-5 cm satu sama lain.
5)
Selesai memasukkan bibit, permukaan
kompos ditutup dengan :
a. Jerami
kering yang tebalnya 10-15 cm.
b. Arang
sekam ( arang kulit padi, bukan abu gosok ) yang tebalnya 2-3 cm.
6)
Sesudah itu tutup dengan kertas koran
bekas atau plastik selama 4-5 hari. Setelah itu tutup dibuka ( tidak diperlukan
lagi ).
7)
Hari ke 8-10, jamur sudah mulai tumbuh
dan yang besar bisa dipetik setiap hari berturut-turut dalam waktu 10-14 hari.
8)
Sesudah mulai panen, penyiraman perlu
dilakukan dengan semprotan atau percikan air, jangan terlalu basah, karena bisa
mematikan spora jamur.
9)
Usahakan agar tumpukan kompos terlindung
dari sinar matahari dan hujan dengan membuat atap di atasnya.
Cara
tradisional ini memang murah, karena tidak perlu mengeluarkan biaya pembuatan
rumah jamur. Tetapi hasilnya tidak dapat dipertangungjawabkan, karena
kemungkinan kontaminasi yang besar, dengan tidak adanya pasteurisasi kompos.
Kelembaban udara luar sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur, sehingga musim
setempat mempengaruhi hasil panen jamur. Sistem tradisional ini, berguna bagi
para pemula, sebagai bahan percobaan sebelum memulai dengan usaha yang
sungguh-sungguh.
2.) Menanam
jamur untuk home industri
1. PERSIAPAN
Menanam
jamur untuk home industri, dapat dilakukan oleh petani-petani atau keluarga
yang mempunyai pekarangan terbatas. Tanah yang disediakan tak perlu besar,
untuk satu bangunan rumah jamur yang berukuran 3 x 1 x 2 meter3.
Adapun
persiapan-persiapan yang perlu disediakan adalah :
I.
LOKASI
Lokasi harus
memenuhi syarat seperti yang diterangkan dalam
sistem tradisional, yaitu : dekat dengan jalan besar, dekat dengan
bahan-bahan baku dan cukup air.
II.
PENGUMPULAN JERAMI
Jerami
yang digunakan untuk pengomposan, hendaknya yang benar-benar kering. Kadar air
pada jerami berkisar 10-15 %. Jerami yang kadar airnya lebih dari 20 %,
menyebabkan pengkomposan tidak akan berjalan sempurna. Pada timbunan jerami
yang basah, akan timbul fermentasi ( proses peragian ). Yang nantinya akan
merugikan pertumbuhan jamur. Tentu saja, jerami hasil panenan pada musim
penghujan mutunya lebih rendah bila digunakan untuk pengomposan tanaman jamur,
dibandingkan dengan jerami hasil panenan waktu musim kering.
Kebutuhan
akan jerami tergantung dari besar kecilnya usaha. Untuk usaha yang
kecil-kecilan, bisa digunakan jerami kering sekitar 4 kwintal yang dapat dipakai untuk menanam jamur
sebanyak 4 rak, dengan luas penanaman tiap rak 1 x 3 m2.
Untuk
usaha yang besar, jerami bisa dipress ( tekan ) dengan mesin press tangan dan
dibuat bal-bal jerami, agar pengangkutan lebih mudah. Apabila proses
pengomposan belum siap, jerami bisa ditimbun dalam tempat yang kering.
III.
PEMBUATAN RUMAH JAMUR ( SHED )
Untuk
usaha kecil atau sampingan, dibutuhkan 1 rumah jamur, yang terdiri dari 4 rak,
tiap rak berukuran 1 x 3 x 0,4 m3.
Rak
dan rumah jamur dibuat dari bambu. Pilih bambu yang keras dan tua. Bambu bisa
bertahan 3-5 tahun. Sebagai tiangnya dapat dipakai bambu gelondongan ( tanpa
dibelah ) sebanyak 6 buah. Dan untuk dasar rak gunakan bambu yang dibelah (
reng ). Bambu yang gelondongan, baik yang melintang atau membujur, bisa diikat
pada tiangnya dengan ijuk, kawat ataupun dipaku.
Tinggi
antara rak yang satu dengan yang lain, kira-kira 40 cm, dengan perkiraan tinggi
kompos nantinya berkisar 25 sampai 32,5 cm. Rumah jamur ini seluruhnya ditutup dengan plastik, kemudian di luarnya ditutup dengan
bilik. Untuk mengawetkan bilik ini, perlu dilapisi dengan bahan solinem ( bahan
berupa aspal encer terdapat di toko-toko besi), dan setelah itu diberi kapur.
Atap
perlu ditutup dengan plastik dan dipasang atap seng atau bilik dengan seng.
Untuk usaha permanen, dengan mempergunakan rumah kaca akan lebih bagus. Makin
bisa diatur kelembaban dan temperatur ruang shed, makin baik.
Pada
usaha yang besar, seperti di Dieng atau di Ciloto, rumah jamur dibuat lebih
besar dengan ukuran 5 x 12 meter dan tingginya 4 meter dengan 10 buah rak, 5
buah di kiri dan 5 buah rak lagi di sebelah kanan.
Tentu saja besar
kecilnya shed tergantung dari besar kecilnya usaha. Dan pembuatan untuk
kekuatan atau ketahanan shed tergantung maksud dari sifat permanen atau
tidaknya shed yang akan dibuat. Makin permanen berarti makin banyak biaya yang
dikeluarkan.
IV.
ALAT-ALAT PENGUKUR DAN SARANA LAIN
Apabila kebutuhan jerami dan bangunan
shed telah tersedia, dalam penanaman jamur masih diperlukan sarana sebagai
berikut :
a. Thermometer
Thermometer digunakan pada waktu
mengukur suhu kompos, baik pada waktu pembuatan kompos, pasteurisasi, penanaman
dan suhu dalam shed waktu pertumbuhan jamur.
b. pH
Meter
pH Meter digunakan
untuk memeriksa keasaman ( pH ) kompos, terutama pada waktu akhir pembuatan kompos dan sewaktu
kompos akan masuk dalam shed.
c. Higrometer
Alat pengukur
kelembaban udara, terutama digunakan untuk mengukur kelembaban dalam shed waktu
pertumbuhan jamur.
d. Alat
Pasteurisasi
Misalnya boiler, ketel
uap atau pyroterm. Pada alat yang sederhana, bisa dipakai dari drum hasil
buatan sendiri, yang tertutup di atasnya diberi lubang uap yang bisa keluar
melalui pipa yang bisa dimasukkan ke dalam shed sewaktu pesteurisasi. Pada alat
yang sederhana ini tentu saja masih dibutuhkan kompor pemanas dan pula
dipikirkan tekanan atmosfer pada drum atau ketel tersebut.
2. PEMBUATAN
KOMPOS
Pengkomposan atau pembuatan kompos ialah peristiwa
pembusukan jerami segar dan kering dengan jalan fermentasi. Fermentasi adalah
penguraian zat-zat yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana, karena
keaktifan mikroorganisme.
Misalnya
zat-zat seperti cellulose dan lignine, oleh mikroorganisme diurai menjadi
zat-zat seperti hidrat arang dan lain-lain, zat yang lebih sederhana. Juga pada
N (nitrogen) yang terikat dalam senyawa kompleks, bisa diubah menjadi zat-zat
seperti protein dan lain-lain.
Pada pengkomposan untuk penanaman
jamur, kita harus mengarahkan agar fermentasi sejalan dengan harapan, apa yang
dikehendaki secara optimal untuk keidupan jamur.
Jamur hidupnya saprofitis, sedangkan pengertian
simbiosis mutualisme adalah hidup bekerja sama dan saling menguntungkan kedua
belah pihak, sehingga jamur akan lebih subur tumbuhnya bila hidup di antara
organisme yang bisa bekerja sama. Terutama jenis Actynomycetes, adalah
organisme yang sangat dibutuhkan dalam simbiosis ini.
Sedangkan
jenis-jenis microba yang lain perlu dikurangi. Jenis-jenis yang
merugikan, misalnya : Penicillium dan
lain-lain harus dimusnahkan.
Dengan pengertian dasar tersebut, didapat banyak
metode mengenai pembuatan kompos, diantaranya :
1.) Metode Taiwan
Dalam
metode ini, pembuatan kompos dibagi dalam 4 tahap :
a.
Pemupukan I ( pertama )
Jerami kering yang
telah direndam dalam air beberapa menit, ditumpuk lapisan demi lapisan, secara teratur,
dan di tiap lapisan ditambahkan :
i.
Kapur ( CaO ) sebanyak 10 kg untuk 4
kwintal jerami.
ii.
Bekatul sebanyak 12 kg untuk 4 kwintal
jerami.
Pencampuran kapur dan bekatul,
ditaburkan pada tiap lapisan jerami, yang
kira-kira tingginya 20-30 cm. Pada timbunan ini bisa diadakan injakan
supaya cukup padat. Tinggi timbunan ini bisa mencapai 1 sampai 1,5 meter,
tergantung dari cetakan kompos yang dibuat. Yang harus diperhatikan pada
pemupukan I ini adalah :
i.
Pencampuran bahan-bahan supaya merata.
ii.
Jerami cukup basah ( perendaman ).
iii. Kapur
dan bekatul dicampur terlebih dahulu untuk mempermudah pekerjaan.
b.
Pemupukan II ( kedua )
Tumpukan atau timbunan
yang dikerjakan pertama tadi, setelah 3 hari, lapis demi lapis dibongkar dan
disusun kembali, dengan penambahan (lapisan demi lapisan) urea sebanyak 0,35 kg
untuk 4 kwintal jerami. Yang harus diingat pencampuran bahan ini harus merata.
c.
Pemupukan III (ketiga)
Setelah dua hari, tumpukan yang
kedua dibalik kembali dan lapisan demi lapisan ditambahkan TS sebanyak 0,45 kg
per 4 kwintal jerami. Yang harus diperhatikan pada pencampuran ini adalah :
i.
Pencampuran harus merata.
ii.
Pemupukan dikerjakan hati-hati tanpa
tekanan dan injakan.
d.
Pemupukan IV ( keempat)
Sehari kemudian,
tumpukan dibalik ulang kembali, sambil diperiksa keadaan akhir kompos, diurai
dan ditumpuk kembali. Di sini tidak diadakan penambahan bahan sehingga disebut
dengan “Balik Kosong”.
Penambahan bahan-bahan
pada pembuatan kompos, dimaksudkan agar :
i.
Kapur :
supaya temperatur kompos cukup tinggi, dengan demikian kegiatan mikroorganisme
lebih aktif dan fermentasi berjalan lebih cepat. Mengurangi keasaman dari
kompos, yang berarti mempertinggi pH. Terjadinya reaksi CaO dengan air,
menjadi Ca(OH)2, dimana sifat
basa ini akan mempertinggi pH. Menambah kadar Ca dalam kompos.
ii.
Bekatul : sebagai tempat media
mikroorganisme.
iii.
Urea
: penambah unsur N ( nitrogen ) pada kompos dan mengaktifkan mikroba yang
mengubah zat-zat menjadi protein.
iv.
TS
: menambah unsur P atau P2O5 pada kompos, yang juga sangat dibutuhkan bagi
pertumbuahan jamur.
2.) Metode
Holand
Metode ini hampir sama
dengan metode taiwan, hanya disini perbedaannya pada penambahan kapur CaO untuk
taiwan diganti dengan kotoran ayam atau dikenal dengan chicken manure.
Penambahan chicken
manure, dimaksudkan :
a. Bila
dengan penambahan kapur, biasanya jerami lebih cepat hancur, sehingga
pertumbuhan jamur lebih singkat.
b. Dengan
penambahan kotoran ayam, selain mengurangi resiko seperti pada penambahan kapur
tersebut, juga berarti menambah bahan orgnanisme yang kaya akan N.P.K.
3.) Metode
campuran
Yang sekarang banyak
dicoba ataupun dipakai, ialah metode campuran antara metode taiwan dan metode
holand. Pemilihan metode, dengan memperhatikan kondisi dan situasi setempat,
dimana bahan-bahan pengkomposan sulit atau mudahnya didapat. Pada percobaan
penanaman jamur merang yang dikerjakan di Ciawi Bogor misalnya, untuk pembuatan
komposnya dipergunakan formula sebagai berikut :
a. Hari
I = membuat tumpukan jerami 3 kwintal, yang
sebelumnya direndam dan dalam tumpukan
tersebut ditambahkan campuran bekatul 5 kg + kotoran ayam 5 kg.
b. Hari
IV = setelah tiga hari, tumpukan
dibalik dan ditambahkan 150 gram urea. Penambahan urea yang sedikit disebabkan
pada penanaman tersebut tidak dilaksanakan pasteurisasi, agar amoniaknya (NH3)
cepat hilang.
c. Hari
VII = setelah tiga hari dari
tumpukan kedua, timbunan dibalik dan ditumpuk kembali dengan ditambahkan TS
sebanyak 720 gram secara merata.
d. Hari
VIII = tumpukan dibalik kosong dan
diperiksa baik temperatur, pH dan warna kompos dianggap cukup masak dan sore
harinya dimasukkan ke dalam shed.
Pada penanaman jamur di
Cilotok, untuk jamur merang, pembuatan komposnya dengan formula sebagai berikut
:
a. Hari
I = 4 kwintal jerami kering dipotong 2 atau 3 dan direndam
dalam air selama 3 sampai 4 menit ( air dicampur dengan larutan kapur dan pupuk
kandang ). Jerami yang sudah direndam dibuat tumpukan, lapisan demi lapisan
sambil diinjak-injak dan ditaburi dengan kapur 8 kg dan pupuk kandang sebanyak
40 kg untuk 400 kg jerami. Kemudian ditutup rapat supaya didapatkan reaksi
penguapan di dalam tumpukan sekitar 40-50o C , dibiarkan selama tiga
hari.
b. Hari
IV = tumpukan dibalik dan
dibuatkan tumpukan seperti semula sambil tiap lapisan ditaburi bekatul (dedak)
sebanyak 24 kg untuk 400 kg jerami.
c. Hari
VII = kompos sudah masak siap untuk
dipasteurisasi.
Yang harus diingat pada hasil akhir
kompos yang baik menunjukkan :
a.) Warna
kompos menjadi coklat kehitaman.
b.) pH
kompos berkisar 6,5 sampai 7,2.
c.) Temperatur
kompos mencapai 60 sampai 700 C.
d.) Kadar
air berkisar 60 sampai 70%.
e.) Kadar
ammonia (NH3) telah hilang, dan apabila belum hilang perlu
dipasteurisasi dalam shed atau kompos-house (tempat pasteurisasi kompos).
3. PASTEURISASI
Pasteurisasi
ialah pemanasan kompos dengan uap panas sampai temperatur dan waktu tertentu,
dengan maksud :
a. Menghilangkan
kadar ammonia (NH3), karena ammonia bebas dalam kompos, merupakan
racun bagi mikroba-mikroba tertentu dan menghambat tumbuhnya mycelia jamur.
b. Menghilangkan
mikroba-mikroba yang merugikan pertumbuhan jamur, terutama yang mengakibatkan
penyakit.
c. Mengaktifkan
mikroba-mikroba yang kita kehendaki, misalnya jenis Actynomycetes. Jenis
Actynomycetes aktif terbentuk pada suhu kompos mencapai 60 sampai 700
C.
d. Melanjutkan
fermentasi kompos ke arah terbentuknya zat-zat yang sederhana dan siap
dibutuhkan bagi pertumbuahan jamur.
Pasteurisasi ini akan
mengalami kegagalan, karena :
a. Persaingan
pertumbuahan jamur liar dengan jamur yang kita tanam ( misalnya coprinus ).
b. Adanya
kontaminasi, yaitu tumbuhnya bibit-bibit penyakit yang bisa menghambat pertumbuhan
jamur.
c. Tanpa
pasteurisasi, ternyata usaha jamur belum pernah berhasil memuaskan.
Untuk
jamur merang, penanamanya memang bisa tanpa pasteurisasi hanya hasilnya kurang
memuaskan, misalnya dengan pengkomposan jerami 4 kwintal, hanya menghasilkan
jamur sekitar 15 kg.
1. Sistim
Pasteurisasi
Ada
2 macam sistim yang penting dalam pelaksanaan pasteurisasi ini, ialah :
a.
Pasteurisasi dalam shed
Setelah kompos
dimasukkan dalam shed ( rumah jamur ), kompos dipanasi dengan uap kira-kira 5
sampai 7 jam. Diusahakan temperatur kompos bisa mencapai 60 sampai 70oC
selama 2 sampai 3 jam.
Kebaikan pasteurisasi
dalam shed adalah :
i.
Ruang dalam shed ikut terpanasi,
sehingga ruangan bebas dari penyakit, meskipun tidak 100% steril.
ii.
Juga kontaminasi dari penanaman lebih
sedikit, karena penaburan bibit waktu tanam lebih terkontrol dan bersih.
Kelemahan pasteurisasi dalam
shed adalah :
i.
Lebih mahal biayanya, karena memerlukan
penanaman terus menerus, demikian juga untuk kebutuhan peralatannya lebih
banyak.
ii.
Lebih sulit pengaturannya, pengendalian
temperatur ataupun mengkonstankan temperatur.
b.
Pasteurisasi dalam kompos-house
Pada sistem ini, pasteurisasi
dilakukan pada tempat khusus yang disediakan untuk pasteurisasi.
Kebaikan pasteurisasi dalam
kompos-house adalah biaya pasteurisasi menjadi lebih murah. Hanya kemungkinan
terjadinya kontaminasi lebih besar.
c. Alat
Pasteurisasi
Alat untuk pasteurisasi
dapat dibuat dari drum secara sederhana. Bagian atas ditutup, dengan diberi
lubang uap yang bisa keluar melalui pipa yang bisa dimasukkan ke dalam ruang
tanam. Pada alat sederhana ini diperlukan kompor pemanas.
4. PEMBIBITAN
Pembibitan
atau pengembangbiakkan jamur merang pada hakikatnya sama dengan pembibitan
jenis jamur lain. Jamur dikembangbiakkan dengan spora. Dari spora inilah jamur
dikembangkan dengan pembiakan buatan ( sintetis ).
Untuk
pembibitan jamur merang, dipergunakan dua metode, yaitu :
i.
Pembiakan atau pembibitan cara kuno (
tradisional ).
Jamur
dapat dikembangbiakkan tidak hanya melalui spora. Dari bagian-bagian lainpun,
misalnya tangkai atau batang. Ambilah jamur yang belum mekar dan iris
halus-halus. Irisan tersebut dicampur dengan sekam, dengan perbandingan : jamur
tiga bagian, abu sekam enam bagian, sekam dua bagian. Campuran diletakkan di
atas bak dan disiram sampai basah dan ditutup dengan daun pisang. Penyimpanan
di tempat yang dingin dan bersih.
ii.
Pembiakan mikrobiologis.
Dengan singkat dapat
diuraikan sebagai berikut :
a.)
Membuat biakan murni
Spora atau body jamur, diambil
diiris sedikit dan dimasukkan ke dalam media agar yang telah diberi adonan sari
buncis dan taoge. Sekarang media banyak dipraktekkan dengan adonan : agar,
ditambah bekatul dan gula.
b.)
Biakan murni tersebut bisa dikembangkan
lebih banyak ke dalam media cantel atau gandum dan disebut dengan bahan starter I. dari bahan starter I, dikembangkan
lebih banyak lagi ke bahan starter II dan seterusnya. Sehingga apabila dari
satu tabung biakan murni, dapat dikembangkan menjadi 10 botol bahan starter I
dan dari sini dapat dikembangkan lagi menjadi 50 botol bahan starter II.
c.)
Dari bahan starter II, bisa dikembangkan
ke bahan spawning yang lebih banyak. Bahan spawning bisa dibuat dari bahan
cantel, gandum atau langsung dari merang/jerami ditambah dengan bekatul yang
telah dipasteurisasi.
d.)
Bahan spawning adalah bibit yang sudah
bisa dijadikan sebagai bibit jamur yang ditanam di rak-rak bangunan shed atau
penanaman jamur pada media kompos.
5. PENANAMAN
Pada kompos yang dipasteurisasi dalam shed, maka
penaburan bibit jamur menunggu suhu turun, yaitu berkisar antara 35 sampai 40oC.Penaburan
bibit dilakukan dengan membuka kompos sampai ke tengah dan disebar di atas
permukaan kompos. Tinggi kompos setelah pasteurisasi
diharapkan 25 sampai 35 cm.
Setelah penyebaran bibit jamur di
rak-rak selesai, plastik kerudungnya ditutup rapat kembali. Pemeriksaan suhu
kompos dan suhu ruangan setiap hari dilakukan 2 sampai 3 kali. Usahakan suhu
ruangan pada waktu periode penanaman atau pertumbuhan jamur berkisar 35 sampai
40oC.
Penanaman hendaknya dilakukan sebersih
mungkin, karena kontaminasi sedikit saja dapat menimbulkan kerugian, karena
produksi jadi berkurang.
Jamur tumbuhnya seperti tembakau, sekali
berhasil dengan baik, dua tiga kali menemui hambatan dan kegagalan. Hal ini
disebabkan banyak faktor, di antaranya :
a. Pengetahuan mengenai jamur,
terutama mengenai syarat tumbuh yang optimal, seperti yang dikehendaki oleh
jamur belum diketahui secara pasti.
b.
Kemauan dan keuletan petani dan
pengusaha masih kurang. Apalagi kalau terbentur masalah biaya atau modal.
Sedangkan yang punya banyak modal pun banyak yang ragu-ragu dalam mengadakan
percobaan-percobaan.
c.
Jerami yang dipakai untuk
pengkomposan masih seadanya saja dan kurang memperhatikan cara-cara
penyimpanannya.
d.
Jenis jerami. Nilai unsur-unsur yang
dikandung jerami umur pendek berbeda pula dengan jenis jerami padi yang berumur
panjang.
e. Kebersihan dan kesehatan.
Kontaminasi adalah momok bagi petani ataupun pengusaha jamur.
f.
Jamur sama seperti tanaman-tanaman pertanian
yang lain, sangat tergantung pada iklim, meskipun temperatur dan kelembaban
bisa diusahakan dan diatur.
4. PEMELIHARAAN
Penyebaran bibit jamur pada waktu
menanam disebut spawning. Dan masa setelah penyebaran sampai tumbuhnya jamur
disebut masa spawning.
Dalam masa spawning ini perlu
diadakan pemeliharaan berupa :
a. Mengatur
suhu dan kelembaban udara dalam shed. Usahakan suhu bisa mencapai 38 sampai 40oC,
sedangkan kelembaban berkisar 80 sampai 90%. Apabila suhu kurang dari 35oC,
maka pertumbuhan mycelia jamur menjadi lambat. Tentu saja dalam rumah kaca,
suhu dan kelembaban lebih mudah diatur, daripada shed yang dikerudung plastik. Kelembaban
kurang dari 70%, bisa mengakibatkan keringnya kompos dan bisa dihindarkan
dengan jalan menyiram air pada lantai shed atau dengan menyemprotkan air.
b. Membuang
jamur-jamur liar, terutama jenis coprinus. Bila tumbuh bibit penyakit, kompos
yang terkena harus dibuang.
c. Kerudung
plastik harus serapat mungkin, jangan sampai terjadi kobocoran di waktu hujan.
Lama masa spawning tergantung tercapainya faktor
optimal ( yang sebaik-baiknya ) bagi syarat-syarat tumbuhnya jamur. Di daerah
Ciawi Bogor musim hujan berkisar 25 sampai 30 hari. Sedangkan di Yogyakarta
berkisar 18 sampai 20 hari. Tetapi dengan menperbanyak bahan bekatul dan pupuk
kandang, seperti formula yang dipakai pada penanaman jamur di Ciloto, masa
spawning ini bisa dipercepat 13 sampai 15 hari.
Pada jamur jenis Agaricus
campestris, dalam masa spawning sangat perlu dilakukan casing. Casing ialah
proses penutupan lapisan tanah ditumbuhi mycelia jamur. Gunanya untuk
menumbuhkan dan menegakkan jamur ke atas ( seperti tanaman berdiri di atas
tanah ), juga mendorong tumbuhnya pinhead. Pinhead adalah tunas-tunas kecil
jamur, yang tumbuh pada tiap-tiap percabangan mycelia.
5.
PANENAN
Setelah
jamur tumbuh besar, dilakukan pemetikan tiap pagi hari. Usahakan memetik
sebelum tudungnya membuka, karena lebih enak rasanya. Lama pemetikan jamur
dalam masa panen berkisar 14 sampai 16 hari, dengan hasil sekurang-kurangnya 5
kg/m2, jika persyaratan-persyaratan tumbuhnya jamur dipenuhi.
Hasil
panenan jamur tergantung pada :
a. Jenis
jerami dan basah atau keringnya jerami. Untuk jerami basah tentu saja akan
menghasilkan lebih sedikit jamur daripada yang berasal dari jerami kering.
b. Bahan-bahan
serta pupuk yang digunakan. Kadar bahan serta syarat optimal pupuk yang
digunakan, menentukan pertumbuhan jamur.
c. Dengan
hasil akhir kompos yang baik ( dilihat dari tanda-tandanya ) kita dapat
menyakini akan tingginya produksi jamur.
d. Pasteurisasi
Tanpa pasteurisasi kita
hanya akan menghasilkan satu sampai dua kg jamur per meter persegi luas tanam.
e. Rapinya
bangunan dan sarana lain.
f. Yang
tidak kalah pentingnya adalah jenis jamur atau strains.
Dari uraian pada sistem
ini, waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus penanaman jamur merang-home
industri adalah :
i.
Pembuatan kompos…………………………. 8 hari
ii.
Pasteurisasi…………………………………. 1 hari
iii.
Tanam sampai dengan casing……………… 9 hari
iv.
Casing sampai dengan petik……………….. 5 hari
v.
Lama
pemetikan……………………………. 14 hari

Jumlah
satu siklus penanaman…………………….. 37
hari
Jika
sistem pembuatan kompos dan pasteurisasi dilakukan paralel dengan waktu tanam,
maka siklus tanam jamur dapat diperpendek menjadi 28 hari.
6. PEMBONGKARAN
KOMPOS BEKAS
Setelah
jamur dipanen, kira-kira 14 sampai 16 hari, dan setelah produksi jamur tidak
ada, kompos bekas jamur dibongkar dan bisa digunakan sebagai pupuk
tanaman.
Bangunan
shed bisa dipakai untuk penanaman jamur lagi. Sebelum dipakai, hendaknya
ruangan shed disemprot dengan formalin 2,2 %. Pembersihan kompos bekas
hendaknya sebersih mungkin, untuk menghindari kontaminasi.
Apabila
seorang pengusaha menghendaki panenan jamur yang terus menerus, diperlukan
beberapa shed dengan waktu penanaman jamur dan pengkomposan yang berbeda-beda
serta dengan persediaan jerami yang memungkinkan.
B.
MANFAAT JAMUR MERANG
a.
Kandungan
nutrisi jamur merang
Jamur
merang memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, yakni sekitar 3,2 gram
protein per tiap 100 gram jamur. Jumlah tersebut akan bertambah 16 gram jika
jamur tersimpan dalam keadaan kering. Jamur juga memiliki kandungan fosfor dan
kalsium yang cukup tinggi untuk memenihi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia.
Berikut kandungan nutrisi yang terdapat dalam jamur merang :
a. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin (B kompleks dan C).
Kandungan protein dalam jamur termasuk sangat tinggi.
b. Beberapa
mineral penting bagi tubuh.
Contohnya
: fosfor, kalsium, magnesium, zat besi dan kalium.
c. Zat
antibiotik yang berguna bagi tubuh.
d. Selain
kandungan gizi, jamur merang memiliki kandungan non-gizi berupa serat atau
fiber.
b.
Manfaat
jamur merang bagi kesehatan
Semua manfaat jamur merang tak bisa
lepas dari kandungan gizi dan
non-gizi
jamur tersebut. Berikut ini adalah
beberapa contoh khasiat jamur merang yang sangat bagus bagi kesehatan :
a.
Jamur bisa menurunkan kolesterol jahat
dalam tubuh dan meningkatkan produksi kolesterol baik.
b.
Mampu menurunkan tekanan darah tinggi
dan penyakit stroke.
c.
Mengurangi resiko terkena penyakit
jantung yang berbahaya.
d.
Mengurangi resiko terserang penyakit
kanker.
e.
Kandungan protein yang tinggi sangat
baik untuk membantu metabolisme yang terjadi dalam tubuh.
f.
Vitamin B kompleks dan C-nya mampu
meningkatkan kekebalan atau daya tahan tubuh dari penyakit.
g.
Zat eritadenin yang merupakan zat aktif
dalam jamur merang dipercaya memiliki kemampuan untuk menawarkan racun yang ada
di dalam tubuh.
h.
Zat antibiotik jamur mampu mengurangi
resiko terkena berbagai apenyakit.
i.
Kandungan serat pangan pada jamur merang
yang cukup tinggi, baik untuk sistem pencernaan tubuh.
j.
Jamur merupakan sumber enzim yang cukup
baik. Salah satunya adalah enzim tripsin yang tentu bermanfaat dalam proses
pencernaan.
k.
Asam folio pada jamur merang, berguna
untuk mencegah penyakit anemia.