Blinking Cute Box Cat

Kamis, 20 Februari 2014

Budidaya Jamur Merang dan Manfaatnya



Pembudidayaan jamur merang dibedakan menjadi dua, yaitu :

1.)    Menanam jamur merang atau jerami sistem tradisional

Untuk menanam jamur merang baik yang kecil ataupuun yang besar, dibutuhkan persiapan-persiapan agar berhasil.
                Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
I.                   Lokasi :
Lokasi penanaman jamur harus strategis, dalam arti :
Dekat dengan jalan besar, sehingga mempermudah angkutan bahan baku dan hasil produksi. Dekat dengan bahan-bahan baku, sehingga biaya transport dapat ditekan. Dekat dengan sumber air, karena pada penanaman jamur diperlukan banyak air untuk menjaga kelembaban ruangan dan kompos.

II.                Sarana yang diperlukan, harus dalam keadaan baik dan bersih. Alat-alat yang kurang bersih, dapat menimbulkan kontaminasi ( menjalarnya penyakit-penyakit ) bagi jamur dan akan menggagalkan usaha.

III. Tenaga yang menangani harus cukup terlatih, dengan pengawasan seorang ahli yang tahu seluk beluk dan pengetahuan tentang jamur, karena jamur menghendaki perlakuan-perlakuan yang khusus dan istimewa.

IV. Mempergunakan bibit yang dapat menghasilkan jamur-jamur yang besar dan cepat tumbuhnya serta rasanya enak rasanya.

V.    Memperhatikan dan menjaga suhu, kelembaban serta persyaratan-persyaratan lain yang harus dipenuhi agar jamur dapat tumbuh dengan baik.

Sistem tradisional adalah sistem yang paling mudah dalam bertanam jamur. Disini tidak diperlukan rumah jamur khusus, hanya dibutuhkan rumah jerami yang hanya mempunyai atap tanpa dindinguntuk melindungi jamur dari hujan. Adapun cara atau langkah-langkah yang dilakukan dalam sistem tradisional ini sebagai berikut :
1)      Siapkan tanah atau tempat menanam dengan meninggikan permukaan dari dasar tanah menjadi 10 cm, panjang dan lebar masing-masing 1,5 meter. Tanah ini ditaburi kapur bangunan secukupnya, untuk mematikan cacing dan ulat.
2)      Siapkan cetakan kayu untuk pembuatan kompos yang padat dan rapi. Bentuk cetakan kerucut terpancung.


3)      Siapkan bahan baku kompos dengan formula, seperti :

                                                       I.            Jerami kering               100 kg
                                                    II.            Kapur tembok                         3 kg
                                                 III.            Bekatul ( dedak )        6 kg
Ambil jerami kering, rendam dalam air yang bersih selama 4 sampai 5 menit. Kemudian angkat dan jajarkan pada tanah yang disediakan tadi, dengan cetakan kompos  diatasnya. Tebal lapisan pertama ini sekitar 15 sampai 25 cm, dan dipadatkan dengan cara menginjak-injak. Kemudian taburkan di atasnya kapur, bekatul dan pupuk kandang, dan tumpuk lagi jerami yang telah dibasahkan dengan air seperti tumpukan pertama. Taburkan lagi kapur, bekatul, dan pupuk kandang, setelah diinjak-injak, dan seterusnya sampai didapatkan tinggi sekurang-kurangnya 80 cm padat dan membentuk kerucut (pyramid).
4)                  Setelah selesai bentuk tumpukan tersebut, bibit dihancurkan untuk diselipkan di seluruh permukaan kompos. Masukan 3-5 cm ke dalam kompos, dengan jarak 3-5 cm satu sama lain.
5)                  Selesai memasukkan bibit, permukaan kompos ditutup dengan :
a.       Jerami kering yang tebalnya 10-15 cm.
b.      Arang sekam ( arang kulit padi, bukan abu gosok ) yang tebalnya 2-3 cm.
6)                  Sesudah itu tutup dengan kertas koran bekas atau plastik selama 4-5 hari. Setelah itu tutup dibuka ( tidak diperlukan lagi ).
7)                  Hari ke 8-10, jamur sudah mulai tumbuh dan yang besar bisa dipetik setiap hari berturut-turut dalam waktu 10-14 hari.
8)                  Sesudah mulai panen, penyiraman perlu dilakukan dengan semprotan atau percikan air, jangan terlalu basah, karena bisa mematikan spora jamur.
9)                  Usahakan agar tumpukan kompos terlindung dari sinar matahari dan hujan dengan membuat atap di atasnya.

Cara tradisional ini memang murah, karena tidak perlu mengeluarkan biaya pembuatan rumah jamur. Tetapi hasilnya tidak dapat dipertangungjawabkan, karena kemungkinan kontaminasi yang besar, dengan tidak adanya pasteurisasi kompos. Kelembaban udara luar sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur, sehingga musim setempat mempengaruhi hasil panen jamur. Sistem tradisional ini, berguna bagi para pemula, sebagai bahan percobaan sebelum memulai dengan usaha yang sungguh-sungguh. 


2.)    Menanam jamur untuk home industri

1.      PERSIAPAN
Menanam jamur untuk home industri, dapat dilakukan oleh petani-petani atau keluarga yang mempunyai pekarangan terbatas. Tanah yang disediakan tak perlu besar, untuk satu bangunan rumah jamur yang berukuran 3 x 1 x 2 meter3.
Adapun persiapan-persiapan yang perlu disediakan adalah :
I.                         LOKASI
Lokasi harus memenuhi syarat seperti yang diterangkan dalam  sistem tradisional, yaitu : dekat dengan jalan besar, dekat dengan bahan-bahan baku dan cukup air.


II.                PENGUMPULAN JERAMI
Jerami yang digunakan untuk pengomposan, hendaknya yang benar-benar kering. Kadar air pada jerami berkisar 10-15 %. Jerami yang kadar airnya lebih dari 20 %, menyebabkan pengkomposan tidak akan berjalan sempurna. Pada timbunan jerami yang basah, akan timbul fermentasi ( proses peragian ). Yang nantinya akan merugikan pertumbuhan jamur. Tentu saja, jerami hasil panenan pada musim penghujan mutunya lebih rendah bila digunakan untuk pengomposan tanaman jamur, dibandingkan dengan jerami hasil panenan waktu musim kering.
Kebutuhan akan jerami tergantung dari besar kecilnya usaha. Untuk usaha yang kecil-kecilan, bisa digunakan jerami kering sekitar 4 kwintal  yang dapat dipakai untuk menanam jamur sebanyak 4 rak, dengan luas penanaman tiap rak 1 x 3 m2.
Untuk usaha yang besar, jerami bisa dipress ( tekan ) dengan mesin press tangan dan dibuat bal-bal jerami, agar pengangkutan lebih mudah. Apabila proses pengomposan belum siap, jerami bisa ditimbun dalam tempat yang kering.

III.             PEMBUATAN RUMAH JAMUR ( SHED )
Untuk usaha kecil atau sampingan, dibutuhkan 1 rumah jamur, yang terdiri dari 4 rak, tiap rak berukuran 1 x 3 x 0,4 m3.
Rak dan rumah jamur dibuat dari bambu. Pilih bambu yang keras dan tua. Bambu bisa bertahan 3-5 tahun. Sebagai tiangnya dapat dipakai bambu gelondongan ( tanpa dibelah ) sebanyak 6 buah. Dan untuk dasar rak gunakan bambu yang dibelah ( reng ). Bambu yang gelondongan, baik yang melintang atau membujur, bisa diikat pada tiangnya dengan ijuk, kawat ataupun dipaku.
Tinggi antara rak yang satu dengan yang lain, kira-kira 40 cm, dengan perkiraan tinggi kompos nantinya berkisar 25 sampai 32,5 cm. Rumah  jamur ini seluruhnya ditutup dengan  plastik, kemudian di luarnya ditutup dengan bilik. Untuk mengawetkan bilik ini, perlu dilapisi dengan bahan solinem ( bahan berupa aspal encer terdapat di toko-toko besi), dan setelah itu diberi kapur.
Atap perlu ditutup dengan plastik dan dipasang atap seng atau bilik dengan seng. Untuk usaha permanen, dengan mempergunakan rumah kaca akan lebih bagus. Makin bisa diatur kelembaban dan temperatur ruang shed, makin baik.
Pada usaha yang besar, seperti di Dieng atau di Ciloto, rumah jamur dibuat lebih besar dengan ukuran 5 x 12 meter dan tingginya 4 meter dengan 10 buah rak, 5 buah di kiri dan 5 buah rak lagi di sebelah kanan.
Tentu saja besar kecilnya shed tergantung dari besar kecilnya usaha. Dan pembuatan untuk kekuatan atau ketahanan shed tergantung maksud dari sifat permanen atau tidaknya shed yang akan dibuat. Makin permanen berarti makin banyak biaya yang dikeluarkan.

IV.             ALAT-ALAT PENGUKUR DAN SARANA LAIN
Apabila kebutuhan jerami dan bangunan shed telah tersedia, dalam penanaman jamur masih diperlukan sarana sebagai berikut :
a.       Thermometer
Thermometer digunakan pada waktu mengukur suhu kompos, baik pada waktu pembuatan kompos, pasteurisasi, penanaman dan suhu dalam shed waktu pertumbuhan jamur.


b.      pH Meter
pH Meter digunakan untuk memeriksa keasaman ( pH ) kompos, terutama  pada waktu akhir pembuatan kompos dan sewaktu kompos akan masuk dalam shed.
c.       Higrometer
Alat pengukur kelembaban udara, terutama digunakan untuk mengukur kelembaban dalam shed waktu pertumbuhan jamur.
d.      Alat Pasteurisasi
Misalnya boiler, ketel uap atau pyroterm. Pada alat yang sederhana, bisa dipakai dari drum hasil buatan sendiri, yang tertutup di atasnya diberi lubang uap yang bisa keluar melalui pipa yang bisa dimasukkan ke dalam shed sewaktu pesteurisasi. Pada alat yang sederhana ini tentu saja masih dibutuhkan kompor pemanas dan pula dipikirkan tekanan atmosfer pada drum atau ketel tersebut.

2.      PEMBUATAN KOMPOS
Pengkomposan atau pembuatan kompos ialah peristiwa pembusukan jerami segar dan kering dengan jalan fermentasi. Fermentasi adalah penguraian zat-zat yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana, karena keaktifan mikroorganisme.
            Misalnya zat-zat seperti cellulose dan lignine, oleh mikroorganisme diurai menjadi zat-zat seperti hidrat arang dan lain-lain, zat yang lebih sederhana. Juga pada N (nitrogen) yang terikat dalam senyawa kompleks, bisa diubah menjadi zat-zat seperti protein dan lain-lain.
            Pada pengkomposan untuk penanaman jamur, kita harus mengarahkan agar fermentasi sejalan dengan harapan, apa yang dikehendaki secara optimal untuk keidupan jamur.
Jamur hidupnya saprofitis, sedangkan pengertian simbiosis mutualisme adalah hidup bekerja sama dan saling menguntungkan kedua belah pihak, sehingga jamur akan lebih subur tumbuhnya bila hidup di antara organisme yang bisa bekerja sama. Terutama jenis Actynomycetes, adalah organisme yang sangat dibutuhkan dalam simbiosis ini.
Sedangkan  jenis-jenis microba yang lain perlu dikurangi. Jenis-jenis yang merugikan, misalnya : Penicillium dan  lain-lain harus dimusnahkan.
Dengan pengertian dasar tersebut, didapat banyak metode mengenai pembuatan kompos, diantaranya :
1.)  Metode Taiwan
Dalam metode ini, pembuatan kompos dibagi dalam 4 tahap :

a.                   Pemupukan I ( pertama )
Jerami kering yang telah direndam dalam air beberapa menit, ditumpuk lapisan demi lapisan, secara teratur, dan di tiap lapisan ditambahkan :
                                                     i.               Kapur ( CaO ) sebanyak 10 kg untuk 4 kwintal jerami.
                                                   ii.               Bekatul sebanyak 12 kg untuk 4 kwintal jerami.
Pencampuran kapur dan bekatul, ditaburkan pada tiap lapisan jerami, yang  kira-kira tingginya 20-30 cm. Pada timbunan ini bisa diadakan injakan supaya cukup padat. Tinggi timbunan ini bisa mencapai 1 sampai 1,5 meter, tergantung dari cetakan kompos yang dibuat. Yang harus diperhatikan pada pemupukan I ini adalah :
i.           Pencampuran bahan-bahan supaya merata.
ii.         Jerami cukup basah ( perendaman ).
iii.       Kapur dan bekatul dicampur terlebih dahulu untuk mempermudah pekerjaan.

b.                        Pemupukan II ( kedua )
Tumpukan atau timbunan yang dikerjakan pertama tadi, setelah 3 hari, lapis demi lapis dibongkar dan disusun kembali, dengan penambahan (lapisan demi lapisan) urea sebanyak 0,35 kg untuk 4 kwintal jerami. Yang harus diingat pencampuran bahan ini harus merata.

c.                         Pemupukan III (ketiga)
            Setelah dua hari, tumpukan yang kedua dibalik kembali dan lapisan demi lapisan ditambahkan TS sebanyak 0,45 kg per 4 kwintal jerami. Yang harus diperhatikan pada pencampuran ini adalah :
i.           Pencampuran harus merata.
ii.         Pemupukan dikerjakan hati-hati tanpa tekanan dan injakan.

d.                        Pemupukan IV ( keempat)
Sehari kemudian, tumpukan dibalik ulang kembali, sambil diperiksa keadaan akhir kompos, diurai dan ditumpuk kembali. Di sini tidak diadakan penambahan bahan sehingga disebut dengan “Balik Kosong”.
Penambahan bahan-bahan pada pembuatan kompos, dimaksudkan agar :
i.                                Kapur             : supaya temperatur kompos cukup tinggi, dengan demikian kegiatan mikroorganisme lebih aktif dan fermentasi berjalan lebih cepat. Mengurangi keasaman dari kompos, yang berarti mempertinggi pH. Terjadinya reaksi CaO dengan air, menjadi  Ca(OH)2, dimana sifat basa ini akan mempertinggi pH. Menambah kadar Ca dalam kompos.
ii.                              Bekatul : sebagai tempat media mikroorganisme.
iii.                            Urea   : penambah unsur N ( nitrogen ) pada kompos dan mengaktifkan mikroba yang mengubah zat-zat menjadi protein.
iv.                            TS      : menambah unsur P atau P2O5  pada kompos, yang juga sangat dibutuhkan bagi pertumbuahan jamur.

2.)    Metode Holand
Metode ini hampir sama dengan metode taiwan, hanya disini perbedaannya pada penambahan kapur CaO untuk taiwan diganti dengan kotoran ayam atau dikenal dengan chicken manure.

Penambahan chicken manure, dimaksudkan :
a.       Bila dengan penambahan kapur, biasanya jerami lebih cepat hancur, sehingga pertumbuhan jamur lebih singkat.
b.      Dengan penambahan kotoran ayam, selain mengurangi resiko seperti pada penambahan kapur tersebut, juga berarti menambah bahan orgnanisme yang kaya akan N.P.K.


3.)    Metode campuran
Yang sekarang banyak dicoba ataupun dipakai, ialah metode campuran antara metode taiwan dan metode holand. Pemilihan metode, dengan memperhatikan kondisi dan situasi setempat, dimana bahan-bahan pengkomposan sulit atau mudahnya didapat. Pada percobaan penanaman jamur merang yang dikerjakan di Ciawi Bogor misalnya, untuk pembuatan komposnya dipergunakan formula sebagai berikut :
a.       Hari I                        =  membuat tumpukan jerami 3 kwintal, yang sebelumnya direndam  dan dalam tumpukan tersebut ditambahkan campuran bekatul 5 kg + kotoran ayam 5 kg.
b.      Hari IV         = setelah tiga hari, tumpukan dibalik dan ditambahkan 150 gram urea. Penambahan urea yang sedikit disebabkan pada penanaman tersebut tidak dilaksanakan pasteurisasi, agar amoniaknya (NH3) cepat hilang.
c.       Hari VII       = setelah tiga hari dari tumpukan kedua, timbunan dibalik dan ditumpuk kembali dengan ditambahkan TS sebanyak 720 gram secara merata.
d.      Hari VIII      = tumpukan dibalik kosong dan diperiksa baik temperatur, pH dan warna kompos dianggap cukup masak dan sore harinya dimasukkan ke dalam shed.

Pada penanaman jamur di Cilotok, untuk jamur merang, pembuatan komposnya dengan formula sebagai berikut :
a.       Hari I                        = 4 kwintal  jerami kering dipotong 2 atau 3 dan direndam dalam air selama 3 sampai 4 menit ( air dicampur dengan larutan kapur dan pupuk kandang ). Jerami yang sudah direndam dibuat tumpukan, lapisan demi lapisan sambil diinjak-injak dan ditaburi dengan kapur 8 kg dan pupuk kandang sebanyak 40 kg untuk 400 kg jerami. Kemudian ditutup rapat supaya didapatkan reaksi penguapan di dalam tumpukan sekitar 40-50o C , dibiarkan selama tiga hari.
b.      Hari IV         = tumpukan dibalik dan dibuatkan tumpukan seperti semula sambil tiap lapisan ditaburi bekatul (dedak) sebanyak 24 kg untuk 400 kg jerami.
c.       Hari VII       = kompos sudah masak siap untuk dipasteurisasi.

            Yang harus diingat pada hasil akhir kompos yang baik menunjukkan :
a.)    Warna kompos menjadi coklat kehitaman.
b.)    pH kompos berkisar 6,5 sampai 7,2.
c.)    Temperatur kompos mencapai 60 sampai 700 C.
d.)   Kadar air berkisar 60 sampai 70%.
e.)    Kadar ammonia (NH3) telah hilang, dan apabila belum hilang perlu dipasteurisasi dalam shed atau kompos-house (tempat pasteurisasi kompos).


3.      PASTEURISASI
Pasteurisasi ialah pemanasan kompos dengan uap panas sampai temperatur dan waktu tertentu, dengan maksud :
a.       Menghilangkan kadar ammonia (NH3), karena ammonia bebas dalam kompos, merupakan racun bagi mikroba-mikroba tertentu dan menghambat tumbuhnya mycelia jamur.
b.      Menghilangkan mikroba-mikroba yang merugikan pertumbuhan jamur, terutama yang mengakibatkan penyakit.
c.       Mengaktifkan mikroba-mikroba yang kita kehendaki, misalnya jenis Actynomycetes. Jenis Actynomycetes aktif terbentuk pada suhu kompos mencapai 60 sampai 700 C.
d.      Melanjutkan fermentasi kompos ke arah terbentuknya zat-zat yang sederhana dan siap dibutuhkan bagi pertumbuahan jamur.

Pasteurisasi ini akan mengalami  kegagalan, karena :
a.       Persaingan pertumbuahan jamur liar dengan jamur yang kita tanam ( misalnya coprinus ).
b.      Adanya kontaminasi, yaitu tumbuhnya bibit-bibit penyakit yang bisa menghambat pertumbuhan jamur.
c.       Tanpa pasteurisasi, ternyata usaha jamur belum pernah berhasil memuaskan.

Untuk jamur merang, penanamanya memang bisa tanpa pasteurisasi hanya hasilnya kurang memuaskan, misalnya dengan pengkomposan jerami 4 kwintal, hanya menghasilkan jamur sekitar 15 kg.

1.   Sistim Pasteurisasi
Ada 2 macam sistim yang penting dalam pelaksanaan pasteurisasi ini, ialah :
a.          Pasteurisasi dalam shed
Setelah kompos dimasukkan dalam shed ( rumah jamur ), kompos dipanasi dengan uap kira-kira 5 sampai 7 jam. Diusahakan temperatur kompos bisa mencapai 60 sampai 70oC selama 2 sampai 3 jam.

Kebaikan pasteurisasi dalam shed adalah :
i.        Ruang dalam shed ikut terpanasi, sehingga ruangan bebas dari penyakit, meskipun tidak 100% steril.
ii.      Juga kontaminasi dari penanaman lebih sedikit, karena penaburan bibit waktu tanam lebih terkontrol dan bersih.
   

                 Kelemahan pasteurisasi dalam shed adalah :
i.        Lebih mahal biayanya, karena memerlukan penanaman terus menerus, demikian juga untuk kebutuhan peralatannya lebih banyak.
ii.   Lebih sulit pengaturannya, pengendalian temperatur ataupun mengkonstankan temperatur.
b.      Pasteurisasi dalam kompos-house
               Pada sistem ini, pasteurisasi dilakukan pada tempat khusus yang disediakan untuk pasteurisasi.
               Kebaikan pasteurisasi dalam kompos-house adalah biaya pasteurisasi menjadi lebih murah. Hanya kemungkinan terjadinya kontaminasi lebih besar.
c.       Alat Pasteurisasi
Alat untuk pasteurisasi dapat dibuat dari drum secara sederhana. Bagian atas ditutup, dengan diberi lubang uap yang bisa keluar melalui pipa yang bisa dimasukkan ke dalam ruang tanam. Pada alat sederhana ini diperlukan kompor pemanas.

4.      PEMBIBITAN
Pembibitan atau pengembangbiakkan jamur merang pada hakikatnya sama dengan pembibitan jenis jamur lain. Jamur dikembangbiakkan dengan spora. Dari spora inilah jamur dikembangkan dengan pembiakan buatan ( sintetis ).
Untuk pembibitan jamur merang, dipergunakan dua metode, yaitu :
i.                    Pembiakan atau pembibitan cara kuno ( tradisional ).
Jamur dapat dikembangbiakkan tidak hanya melalui spora. Dari bagian-bagian lainpun, misalnya tangkai atau batang. Ambilah jamur yang belum mekar dan iris halus-halus. Irisan tersebut dicampur dengan sekam, dengan perbandingan : jamur tiga bagian, abu sekam enam bagian, sekam dua bagian. Campuran diletakkan di atas bak dan disiram sampai basah dan ditutup dengan daun pisang. Penyimpanan di tempat yang dingin dan bersih.
ii.                           Pembiakan mikrobiologis.
Dengan singkat dapat diuraikan sebagai berikut :
a.)                   Membuat biakan murni
             Spora atau body jamur, diambil diiris sedikit dan dimasukkan ke dalam media agar yang telah diberi adonan sari buncis dan taoge. Sekarang media banyak dipraktekkan dengan adonan : agar, ditambah bekatul dan gula.
b.)                   Biakan murni tersebut bisa dikembangkan lebih banyak ke dalam media cantel atau gandum dan disebut dengan bahan  starter I. dari bahan starter I, dikembangkan lebih banyak lagi ke bahan starter II dan seterusnya. Sehingga apabila dari satu tabung biakan murni, dapat dikembangkan menjadi 10 botol bahan starter I dan dari sini dapat dikembangkan lagi menjadi 50 botol bahan starter II.
c.)                   Dari bahan starter II, bisa dikembangkan ke bahan spawning yang lebih banyak. Bahan spawning bisa dibuat dari bahan cantel, gandum atau langsung dari merang/jerami ditambah dengan bekatul yang telah dipasteurisasi.
d.)                  Bahan spawning adalah bibit yang sudah bisa dijadikan sebagai bibit jamur yang ditanam di rak-rak bangunan shed atau penanaman jamur pada media kompos.

5.      PENANAMAN

Pada kompos yang dipasteurisasi dalam shed, maka penaburan bibit jamur menunggu suhu turun, yaitu berkisar antara 35 sampai 40oC.Penaburan bibit dilakukan dengan membuka kompos sampai ke tengah dan disebar di atas permukaan kompos. Tinggi kompos setelah        pasteurisasi diharapkan 25 sampai 35 cm.
       Setelah penyebaran bibit jamur di rak-rak selesai, plastik kerudungnya ditutup rapat kembali. Pemeriksaan suhu kompos dan suhu ruangan setiap hari dilakukan 2 sampai 3 kali. Usahakan suhu ruangan pada waktu periode penanaman atau pertumbuhan jamur berkisar 35 sampai 40oC.
  Penanaman hendaknya dilakukan sebersih mungkin, karena kontaminasi sedikit saja dapat menimbulkan kerugian, karena produksi jadi berkurang.
  Jamur tumbuhnya seperti tembakau, sekali berhasil dengan baik, dua tiga kali menemui hambatan dan kegagalan. Hal ini disebabkan banyak faktor, di antaranya :
a.             Pengetahuan mengenai jamur, terutama mengenai syarat tumbuh yang optimal, seperti yang dikehendaki oleh jamur belum diketahui secara pasti.
b.                        Kemauan dan keuletan petani dan pengusaha masih kurang. Apalagi kalau terbentur masalah biaya atau modal. Sedangkan yang punya banyak modal pun banyak yang ragu-ragu dalam mengadakan percobaan-percobaan.
c.            Jerami yang dipakai untuk pengkomposan masih seadanya saja dan kurang memperhatikan cara-cara penyimpanannya.
d.                        Jenis jerami. Nilai unsur-unsur yang dikandung jerami umur pendek berbeda pula dengan jenis jerami padi yang berumur panjang.
e.             Kebersihan dan kesehatan. Kontaminasi adalah momok bagi petani ataupun pengusaha jamur.
f.                         Jamur sama seperti tanaman-tanaman pertanian yang lain, sangat tergantung pada iklim, meskipun temperatur dan kelembaban bisa diusahakan dan diatur.

4. PEMELIHARAAN
            Penyebaran bibit jamur pada waktu menanam disebut spawning. Dan masa setelah penyebaran sampai tumbuhnya jamur disebut masa spawning.
            Dalam masa spawning ini perlu diadakan pemeliharaan berupa :
a.       Mengatur suhu dan kelembaban udara dalam shed. Usahakan suhu bisa mencapai 38 sampai 40oC, sedangkan kelembaban berkisar 80 sampai 90%. Apabila suhu kurang dari 35oC, maka pertumbuhan mycelia jamur menjadi lambat. Tentu saja dalam rumah kaca, suhu dan kelembaban lebih mudah diatur, daripada shed yang dikerudung plastik. Kelembaban kurang dari 70%, bisa mengakibatkan keringnya kompos dan bisa dihindarkan dengan jalan menyiram air pada lantai shed atau dengan menyemprotkan air.
b.      Membuang jamur-jamur liar, terutama jenis coprinus. Bila tumbuh bibit penyakit, kompos yang terkena harus dibuang.
c.       Kerudung plastik harus serapat mungkin, jangan sampai terjadi kobocoran di waktu hujan.
Lama masa spawning tergantung tercapainya faktor optimal ( yang sebaik-baiknya ) bagi syarat-syarat tumbuhnya jamur. Di daerah Ciawi Bogor musim hujan berkisar 25 sampai 30 hari. Sedangkan di Yogyakarta berkisar 18 sampai 20 hari. Tetapi dengan menperbanyak bahan bekatul dan pupuk kandang, seperti formula yang dipakai pada penanaman jamur di Ciloto, masa spawning ini bisa dipercepat 13 sampai 15 hari.
            Pada jamur jenis Agaricus campestris, dalam masa spawning sangat perlu dilakukan casing. Casing ialah proses penutupan lapisan tanah ditumbuhi mycelia jamur. Gunanya untuk menumbuhkan dan menegakkan jamur ke atas ( seperti tanaman berdiri di atas tanah ), juga mendorong tumbuhnya pinhead. Pinhead adalah tunas-tunas kecil jamur, yang tumbuh pada tiap-tiap percabangan mycelia.
5. PANENAN
Setelah jamur tumbuh besar, dilakukan pemetikan tiap pagi hari. Usahakan memetik sebelum tudungnya membuka, karena lebih enak rasanya. Lama pemetikan jamur dalam masa panen berkisar 14 sampai 16 hari, dengan hasil sekurang-kurangnya 5 kg/m2, jika persyaratan-persyaratan tumbuhnya jamur dipenuhi.
Hasil panenan jamur tergantung pada :
a.       Jenis jerami dan basah atau keringnya jerami. Untuk jerami basah tentu saja akan menghasilkan lebih sedikit jamur daripada yang berasal dari jerami kering.
b.      Bahan-bahan serta pupuk yang digunakan. Kadar bahan serta syarat optimal pupuk yang digunakan, menentukan pertumbuhan jamur.
c.       Dengan hasil akhir kompos yang baik ( dilihat dari tanda-tandanya ) kita dapat menyakini akan tingginya produksi jamur.
d.      Pasteurisasi
Tanpa pasteurisasi kita hanya akan menghasilkan satu sampai dua kg jamur per meter persegi luas tanam.
e.       Rapinya bangunan dan sarana lain.
f.       Yang tidak kalah pentingnya adalah jenis jamur atau strains.

Dari uraian pada sistem ini, waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus penanaman jamur merang-home industri adalah :
i.                    Pembuatan kompos………………………….      8 hari
ii.                  Pasteurisasi………………………………….       1 hari
iii.                Tanam sampai dengan casing………………        9 hari
iv.                Casing sampai dengan petik………………..       5 hari
v.                  Lama pemetikan…………………………….       14 hari
Jumlah satu siklus penanaman……………………..        37 hari
Jika sistem pembuatan kompos dan pasteurisasi dilakukan paralel dengan waktu tanam, maka siklus tanam jamur dapat diperpendek menjadi 28 hari.
6.      PEMBONGKARAN KOMPOS BEKAS
Setelah jamur dipanen, kira-kira 14 sampai 16 hari, dan setelah produksi jamur tidak ada, kompos bekas jamur dibongkar dan bisa digunakan sebagai pupuk tanaman.    
Bangunan shed bisa dipakai untuk penanaman jamur lagi. Sebelum dipakai, hendaknya ruangan shed disemprot dengan formalin 2,2 %. Pembersihan kompos bekas hendaknya sebersih mungkin, untuk menghindari kontaminasi.
Apabila seorang pengusaha menghendaki panenan jamur yang terus menerus, diperlukan beberapa shed dengan waktu penanaman jamur dan pengkomposan yang berbeda-beda serta dengan persediaan jerami yang memungkinkan.









B.  MANFAAT JAMUR MERANG
      
a.      Kandungan nutrisi jamur merang
       
Jamur merang memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, yakni sekitar 3,2 gram protein per tiap 100 gram jamur. Jumlah tersebut akan bertambah 16 gram jika jamur tersimpan dalam keadaan kering. Jamur juga memiliki kandungan fosfor dan kalsium yang cukup tinggi untuk memenihi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. Berikut kandungan nutrisi yang terdapat dalam jamur merang :
a.       Karbohidrat,  protein, lemak, vitamin (B kompleks dan C). Kandungan protein dalam jamur termasuk sangat tinggi.
b.      Beberapa mineral penting bagi tubuh.
Contohnya : fosfor, kalsium, magnesium, zat besi dan kalium.
c.       Zat antibiotik yang berguna bagi tubuh.
d.      Selain kandungan gizi, jamur merang memiliki kandungan non-gizi berupa serat atau fiber.
b.      Manfaat jamur merang bagi kesehatan
        Semua manfaat jamur merang tak bisa lepas dari kandungan gizi dan
non-gizi  jamur tersebut. Berikut ini adalah beberapa contoh khasiat jamur merang yang sangat bagus bagi kesehatan :
a.          Jamur bisa menurunkan kolesterol jahat dalam tubuh dan meningkatkan produksi kolesterol baik.
b.         Mampu menurunkan tekanan darah tinggi dan penyakit stroke.
c.          Mengurangi resiko terkena penyakit jantung yang berbahaya.
d.         Mengurangi resiko terserang penyakit kanker.
e.          Kandungan protein yang tinggi sangat baik untuk membantu metabolisme yang terjadi dalam tubuh.
f.          Vitamin B kompleks dan C-nya mampu meningkatkan kekebalan atau daya tahan tubuh dari penyakit.
g.         Zat eritadenin yang merupakan zat aktif dalam jamur merang dipercaya memiliki kemampuan untuk menawarkan racun yang ada di dalam tubuh.
h.         Zat antibiotik jamur mampu mengurangi resiko terkena berbagai apenyakit.
i.           Kandungan serat pangan pada jamur merang yang cukup tinggi, baik untuk sistem pencernaan tubuh.
j.           Jamur merupakan sumber enzim yang cukup baik. Salah satunya adalah enzim tripsin yang tentu bermanfaat dalam proses pencernaan.
k.         Asam folio pada jamur merang, berguna untuk mencegah penyakit anemia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar